Persipura Jayapura fenomenal. Mereka mencetak 11 gol pada dua pertandingan. Persija Jakarta dihajar enam gol tanpa balas dan Persik Kediri dipermalukan dengan skor telak 5-0.
Persipura kini kukuh di puncak klasemen dengan nilai 33 dari 15 pertandingan. Produktivitas mereka paling tinggi di antara klub Liga Super lain, yaitu memasukan 33 gol dan kebobolan sembilan gol.
Sukses yang boleh jadi sangat luar biasa karena mereka berhasil keluar dari bayang-bayang Persija yang sempat dominan pada pekan-pekan awal. Asisten Manajer Persipura Iwan Nazarudin menilai, kemilau Mutiara Hitam tak lepas dari sentuhan dan modifikasi yang dilakukan Jacksen F Tiago.
Sejak menggantikan posisi Raja Isa di kursi pelatih, Jacksen mengubah Mutiara Hitam menjadi tim agresif karena menurunkan trisula maut di depan. Mutiara Hitam menjadi lebih sering memainkan striker Boaz Solossa, Ernest Jeremiah, dan Alberto ’Beto’ Goncalves dalam satu pertandingan.
”Kalau perubahan komposisi starting line up tidak juga, komposisinya relatif sama. Pak Jakcsen lebih berani memasang tiga striker sekaligus, sedangkan Pak Raja hanya menggunakan dua striker. Kembalinya Boaz semakin menghidupkan lini depan,” papar Iwan kemarin.
Bukan hanya ketajaman klub yang melonjak, mereka pun mulai mendominasi daftar top skor meski masih di bawah bayang-bayang striker Persela Lamongan Marcio Souza da Silva dan striker Persik Kediri Cristian Gonzales.
Boaz saat ini sudah mengemas sembilan gol. Ernest sudah mengoleksi tujuh gol dan Beto sudah melesakan enam gol. Trisula tersebut ditopang gelandang Eduard ’Edu’ Ivakdalam yang berperan sebagai kreator serangan. ”Keputusan menempatkan Edu sebagai penyuplai bola itu ada benarnya,” paparnya.
Bukan hanya faktor teknis, suasana kondusif Mutiara Hitam dibenarkan Jacksen. Big Man –sapaannya– menambahkan, porsi kegiatan rohani bagi Edu dkk menjadi kunci lain.
”Tim ini sudah dibangun sangat lama, baik saat ditangani Pelatih Rahmad Darmawan maupun Pelatih Raja Isa. Akan tetapi, kami selalu berbicara dari hati ke hati dengan pemain. Mereka juga menjadi lebih agamais. IQ pemain Persipura tinggi,” ujarnya. Hanya, Persipura tetap mendapat kritik. Salah satunya adalah persoalan nonteknis.
Penilaian itu disampaikan lawan mereka Persik. ”Persipura selalu unggul saat home lantaran lapangan Stadion Mandala buruk. Kontrol bola tidak maksimal. Hal ini juga yang dialami Persija. Kami juga harus menghadapi 14 pemain, yaitu 11 pemain Persipura, 2 asisten wasit, dan 1 wasit utama,” tandas Asisten Pelatih Persik M Sukriyan. [sindo]
Persipura kini kukuh di puncak klasemen dengan nilai 33 dari 15 pertandingan. Produktivitas mereka paling tinggi di antara klub Liga Super lain, yaitu memasukan 33 gol dan kebobolan sembilan gol.
Sukses yang boleh jadi sangat luar biasa karena mereka berhasil keluar dari bayang-bayang Persija yang sempat dominan pada pekan-pekan awal. Asisten Manajer Persipura Iwan Nazarudin menilai, kemilau Mutiara Hitam tak lepas dari sentuhan dan modifikasi yang dilakukan Jacksen F Tiago.
Sejak menggantikan posisi Raja Isa di kursi pelatih, Jacksen mengubah Mutiara Hitam menjadi tim agresif karena menurunkan trisula maut di depan. Mutiara Hitam menjadi lebih sering memainkan striker Boaz Solossa, Ernest Jeremiah, dan Alberto ’Beto’ Goncalves dalam satu pertandingan.
”Kalau perubahan komposisi starting line up tidak juga, komposisinya relatif sama. Pak Jakcsen lebih berani memasang tiga striker sekaligus, sedangkan Pak Raja hanya menggunakan dua striker. Kembalinya Boaz semakin menghidupkan lini depan,” papar Iwan kemarin.
Bukan hanya ketajaman klub yang melonjak, mereka pun mulai mendominasi daftar top skor meski masih di bawah bayang-bayang striker Persela Lamongan Marcio Souza da Silva dan striker Persik Kediri Cristian Gonzales.
Boaz saat ini sudah mengemas sembilan gol. Ernest sudah mengoleksi tujuh gol dan Beto sudah melesakan enam gol. Trisula tersebut ditopang gelandang Eduard ’Edu’ Ivakdalam yang berperan sebagai kreator serangan. ”Keputusan menempatkan Edu sebagai penyuplai bola itu ada benarnya,” paparnya.
Bukan hanya faktor teknis, suasana kondusif Mutiara Hitam dibenarkan Jacksen. Big Man –sapaannya– menambahkan, porsi kegiatan rohani bagi Edu dkk menjadi kunci lain.
”Tim ini sudah dibangun sangat lama, baik saat ditangani Pelatih Rahmad Darmawan maupun Pelatih Raja Isa. Akan tetapi, kami selalu berbicara dari hati ke hati dengan pemain. Mereka juga menjadi lebih agamais. IQ pemain Persipura tinggi,” ujarnya. Hanya, Persipura tetap mendapat kritik. Salah satunya adalah persoalan nonteknis.
Penilaian itu disampaikan lawan mereka Persik. ”Persipura selalu unggul saat home lantaran lapangan Stadion Mandala buruk. Kontrol bola tidak maksimal. Hal ini juga yang dialami Persija. Kami juga harus menghadapi 14 pemain, yaitu 11 pemain Persipura, 2 asisten wasit, dan 1 wasit utama,” tandas Asisten Pelatih Persik M Sukriyan. [sindo]
0 komentar:
Posting Komentar